Terkadang yang kita lihat di media sosial itu begitu menyenangkan, sampai berdecak kagum dan bilang "enak ya jadi dia". Tetapi belum tentu kalau kita rasakan akan sama, karena yang diperlihatkan dan dibagikan ke publik hanya yang bagusnya dan enaknya saja. Sedangkan yang jeleknya enggan diperlihatkan.
Berdecak kagum wajar memang, sebagai inspirasi agar terus lebih baik lagi. Bukan untuk menyaingi. Media sosial sudah jadi tempat pamer sekarang ini, maksud pamer di sini adalah berbagi. Berbagi tentang kehidupan si empunya akun. Wajar saja ingin terlihat keren di media sosial atas apa yang dipunya. Namun dibalik semua itu ada perjuangan yang dilakukan agar kelihatan keren alias kerja keras. Atau, segala kesusahan ia tutupi dan tidak di-publish.
Dunia memang sementara, panggung sandiwara. Tidak abadi. Meski yang dipamer saat ini membuat senang, tapi belum tentu nanti. Melihat kebaikan dan kesenangan di media sosial untuk jadi penyemangat jadi inspirasi agar lebih baik. Dengan kata lain, ambil yang bagusnya jangan ambil mudaratnya. Selayaknya contoh baik orang lain yang kita terapkan maka ia akan mendapat pahala, begitu sebaliknya contoh jelek orang lain yang kita terapkan maka ia akan mendapat dosa.
Sebaliknya, melihat postingan yang di-publish orang lain tentang musibah atau yang menyedihkan. Membuat iba bukan? Membuat diri ini jadi bersyukur tidak seperti dia. Cukup diri ini yang begini, jangan sampai terjadi padaku. Mungkin ada yang berkata seperti itu. Ya, yang kita punya tak selamanya baik dan dipamerkan ke khalayak netizen. Asal masih tahu malu dan bisa menempatkan hehe.
Enak ya jadi dia, tak serta merta media sosial itu nyata terlihat begitu menyenangkan. Tapi di balik itu ada borok yang ditutupi sang punya akun yang tak mau di-share kepada netizen.
Comments
Post a Comment