Review Buku Melangkah Searah

Setelah sebulan absen enggak nge-blog, akhirnya nge-blog lagi hehe. Sebenernya bingung mau nge-blog apa, baru sekarang ada ide untuk nge-blog. Ya, pas lebaran enggak mudik jadinya baca buku aja. Mahal juga ya waktu buat baca buku huhu. Nah, kali ini review buku lagi, judul bukunya Melangkah Searah karya Aji Nur Afifah (@ajinurafifah) dari Penerbit Qultum Media (@qultummedia).

Kalau enggak salah (lupa-lupa inget nih) pertama kali liat bukunya di Instagram, eh langsung tertarik dong karena judulnya. Sampulnya kuning gitu kan cerah, bikin tertarik sama buku ini. Jadi pengen baca. Cari tau tentang penulisnya di Instagram, jadi tambah penasaran lagi karena sang penulis dapet feedback positive dari pembacanya yang di-share di insta story-nya. Oke, masuk wish list aja dulu. As soon as possible beli bukunya. Habis lebaran baru baca, cuma 3 hari kira-kira khatam baca buku ini. Yeay! Padahal bisa sih sehari khatam, karena lebaran kalo enggak bertamu ya didatangin tamu.

Buku ini tebalnya 210 dan harganya Rp 65.000. Sampulnya berwarna kuning dan bergambar bangunan rumah kecil di tengah dengan font judul yang lebih besar. Ada sub judulnya juga: Asam Manis Rumah Tangga Muda. Tambah cute aja buku ini. Keren! Jadi, pas stalking sang penulis di Instagram-nya, sang penulis nge-share daftar isi buku ini yang bikin tambah yakin saya mau baca bukunya.

Gaya penulisan buku ini penulis seperti menulis di buku diary. Nggak kaku, suka deh sama penulis yang begini. Nulis dengan bahasa lisan, jadi pas baca tuh enak dan mudah paham. Saya suka buku tentang pengalaman seseorang gitu, ya kayak buku ini. Buku yang menceritakan pernikahan mudanya yang bikin kaget kata penulis. Dengan gamblang penulis cerita tentang rumah tangganya yang baru ia jalani, jadi istri dan ibu dalam usia muda. Tinggal dengan suami yang sifatnya sangat berbeda. Dan benar, menikah tak selalu happy, ada kesan yang melesat dari bayangan. Apalagi penulis menikah melalui proses ta'aruf, maka cinta tumbuh setelah menikah.

Penulis bercerita bagaimana ia bertemu dengan pasangannya, dari sekedar kagum sebelum jadi suaminya dulu eh lama-lama jadi teman. Prosesnya pun mulus. Penulis juga membahas soal belum bisa masak, seajaib itu pasangannya menyukai ketidaksempurnaan masakannya. 40 hari tanpa bertengkar, ia menerapkannya bersama pasangan. Dan benar, bisa istikamah enggak bertengkar atau marah selama 40 hari. Ini merupakan cara meredam konflik dalam rumah tangga, tahan emosi pokoknya.

Ada kalanya seorang istri newbie juga mengalami homesick dengan orang tua dan keluarganya, sekarang rida berpindah pada suami, baper ditanya sudah isi belum, manajemen finansial, konflik, jadi ibu baru, dan menyusun visi dan misi pernikahan. Menariknya, kata penulis menyusun visi dan misi pernikahan selalu dicatat dan di-upgrade agar selalu terealisasi apa yang dicita-citakan bersama.

Penulis juga membahas finansial, tema yang krusial untuk sebuah keluarga yang baru dibangun. Ada satu poin penting yang disampaikan penulis, selalu mengutamakan sedekah. Sebagai istri yang mengelola keuangan rumah tangga tak boleh melupakan hal itu, meski mengeluarkannya sedikit. Juga jauhi riba.

Banyak yang penulis bahas di sini, saya cuma kasih sedikit poin di sini. Kalau penasaran silakan baca bukunya, udah baca bukunya enggak akan nyesel kok. Yang sudah menikah, bisa jadi pengingat. Bagi yang belum menikah, bisa untuk persiapan.

Kutipan favorit saya dari buku ini:
Melakukan hal yang tidak penting bersama-sama itu penting dalam merawat hubungan. Menceritakan hal yang tidak penting, juga penting. Seberapa pentingnya orang tersebut bisa juga diukur lewat ketidakpentingan yang dibagi bersama.

Comments