Aku meyakini menulis sebagai terapi bagi diri. Menulis sebagai obat, menulis sebagai penyembuh. Diri seseorang pasti punya beban atau tekanan, salah satunya dengan menulis. Dengan menulis, seseorang bisa menuangkan beban pikiran dan hatinya dalam bentuk kata-kata. Ia menceritakan segala beban atau tekanan yang selama ini ia derita. Segala yang ia rasa dalam hati entah itu hal yang menyakitkan sekalipun, dengan menulis akan memberikan ketenangan. Menceritakan dalam bentuk kalimat, menuliskannya sambil menangis sekaligus. Lega yang dirasa, selama yang ditahan dalam hati dan pikiran itu tidak baik. Maka banyak orang yang menulis di media kertas soal kesehariannya di buku diary. Aku pernah menulis di buku diary sampai sekarang, hasilnya membuat bebanku berkurang. Aku menceritakan apa yang aku pikirkan dan aku rasa, baik senang atau sedih. Mungkin selain aku orang orang di luar sana juga merasakan feedback positif dari menulis buku diary.
Selain menulis di buku diary, banyak orang-orang yang mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya sastra. Puisi, sajak, pantun, dan syair. Mengungkapkan isi hati dengan bentuk yang lain, lewat cerita yang ditulis menjadi cerita pendek atau novel. Dari karya sastra tersebut lah mereka jadi berbuah manis, yang awal mulanya hanya curhat tapi berlanjut menjadi karya dari seorang penulis. Salah satu faktor mengapa seorang penulis gemar berkata-kata lewat tulisan adalah menterapi diri sendiri.
Kini teknologi makin canggih, sudah banyak orang menulis via internet. Mengeluarkan segala ada yang di kepala di internet, baik di status, caption, dan tulisan di halaman blog pribadinya. Tulisannya dibagi ke media sosial. Banyak manfaat baik membagikan tulisan media sosial. Bisa membuat orang lain tahu dan terinspirasi. Membuat orang yang membaca jadi banyak membaca. Membaca juga salah satu terapi juga.
Comments
Post a Comment