Lagi-lagi reviu buku tentang nikah, nggak bosen kan? Koleksi saya kebanyakan bertema nikah sih hehe, maklum butuh bimbingan biar status jomblonya awet. Kali ini buku yang saya reviu adalah Nikah Muda (Nggak Bikin Mati Gaya!) karya Aprilina Prastari dan Miyosi Ariefiansyah yang diterbitkan Qibla pada tahun 2013. Awalnya pengen baca buku ini untuk menjadi bekal nikah muda, kali aja gitu hehehe. Pas baca judulnya menarik juga, isinya meluruskan bahwa nikah muda nggak mematahkan semangat muda kita. Apalagi nikah muda nggak menghalangi cita-cita, nggak kok buku ini bilang.
Buku ini membahas pernikahan usia muda yang sudah dialami oleh kedua penulis buku ini. Salah satu dari mereka menikah pada usia 21 tahun, usia yang muda menurut saya bagi yang hidup di kota. Yap, usia 21 tahun kan masih meraih cita-cita, kesuksesan, dan bergaul dengan teman-teman tapi sudah siap nikah. Keren menurut saya, mengambil keputusan menikah di usia 23 tahun bagi saya tantangan tersendiri. Jujur saya masih belum siap setelah menelaah diri dan hati saya, butuh meyakinkan lebih dalam lagi. Saya nggak mau gegabah, eh kok jadi curcol :D
Menikah muda nggak semudah yang kita pikirkan dan nggak seburuk yang kita pikirkan juga. Pasti ada kebaikan dan keburukannya. Di buku ini menjelaskan kebaikan atau keuntungan dari menikah muda, misalnya: belajar bertanggung jawab sejak dini, lebih bisa menjaga diri, belajar dewasa, belajar untuk bisa membuat keputusan, mengurangi stress, dan belajar untuk meraih kesuksesan dari nol. Ada juga kekurangan atau keburukannya, seperti: rentan terhadap perceraian dan perselingkuhan, rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, rentan terhadap permusuhan tak berujung, stress dan depresi, dan "karier" tidak bisa berkembang. Dan dari kebaikan dan keburukan menikah muda pasti ada tantangan dan cobaan yang harus dihadapi bukan dikeluhkan.
Saya rasa yang menikah muda itu beruntung loh, sudah menemukan belahan hatinya lebih cepat. Saya iri hihi. Justru dengan menikah pintu gerbang kehidupan terbuka lagi, di babak baru dimana lembaran baru terbuka lagi. Dengan menikah, suami istri belajar apapun bersama secara berpraktek di rumah tangga yang mereka bina dengan berbekal ilmu. Menikah itu merupakan sebuah komitmen pasangan dan Allah jadi nggak main-main, dan dari menikah lah terdapat keberkahan di dalamnya (menikah = menggenapkan agama). Siapa yang nggak mau?
Setelah menikah bukan hanya status dan romantis-romantisan halal dengan pasangan, kehidupan setelah menikah adalah nyata. Pernikahan yang dijalani tak selalu indah pasti ada masalah. Justru setelah menikah kehidupan nyata dimulai, saatnya mempraktekkan dengan ilmu yang ada. Saling memahami dan mengerti, pengaturan keuangan (yang dimana seorang istri sebagai Menteri Keuangan rumah tangga), manajemen waktu, dan masih banyak lagi sebenarnya dari hal kecil sampai hal serius, jangan disepelekan pastinya. Rumah tangga dijalani oleh suami dan istri yang keduanya memiliki pemikiran dan karakter yang berbeda nah ini yang bisa menjadi perdebatan. Bukan hanya saat menjalaninya di tahun pertama, di usia pernikahan puluhan tahun juga sering terjadi.
Nah, buku ini membuka pengetahuan yang luas tentang pernikahan bagi saya. Saya menjadi banyak tau hal kecil yang suka saya anggap remeh yang sebenarnya harus disiapkan sejak sekarang sebelum menikah. Resepsi menikah juga dibahas, meski hal lumrah tapi ribet juga. Menariknya buku ini menampilkan cerita dari perempuan-perempuan lain sebagai intermezo bagi pembaca, oh ternyata ada kisah nyatanya gitu. Buku ini juga membahas sekilas tentang parenting saat memiliki bayi. Kerennya dari buku ini, mempersiapkan pasangan muda siap berumah tangga dan menjadi orang tua muda. Meski ditulis dari pengalaman kedua penulis, buku ini sama sekali tidak menggurui atau mengajari tapi menuntun dan mendukung :)
Buku ini membahas pernikahan usia muda yang sudah dialami oleh kedua penulis buku ini. Salah satu dari mereka menikah pada usia 21 tahun, usia yang muda menurut saya bagi yang hidup di kota. Yap, usia 21 tahun kan masih meraih cita-cita, kesuksesan, dan bergaul dengan teman-teman tapi sudah siap nikah. Keren menurut saya, mengambil keputusan menikah di usia 23 tahun bagi saya tantangan tersendiri. Jujur saya masih belum siap setelah menelaah diri dan hati saya, butuh meyakinkan lebih dalam lagi. Saya nggak mau gegabah, eh kok jadi curcol :D
Menikah muda nggak semudah yang kita pikirkan dan nggak seburuk yang kita pikirkan juga. Pasti ada kebaikan dan keburukannya. Di buku ini menjelaskan kebaikan atau keuntungan dari menikah muda, misalnya: belajar bertanggung jawab sejak dini, lebih bisa menjaga diri, belajar dewasa, belajar untuk bisa membuat keputusan, mengurangi stress, dan belajar untuk meraih kesuksesan dari nol. Ada juga kekurangan atau keburukannya, seperti: rentan terhadap perceraian dan perselingkuhan, rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, rentan terhadap permusuhan tak berujung, stress dan depresi, dan "karier" tidak bisa berkembang. Dan dari kebaikan dan keburukan menikah muda pasti ada tantangan dan cobaan yang harus dihadapi bukan dikeluhkan.
Saya rasa yang menikah muda itu beruntung loh, sudah menemukan belahan hatinya lebih cepat. Saya iri hihi. Justru dengan menikah pintu gerbang kehidupan terbuka lagi, di babak baru dimana lembaran baru terbuka lagi. Dengan menikah, suami istri belajar apapun bersama secara berpraktek di rumah tangga yang mereka bina dengan berbekal ilmu. Menikah itu merupakan sebuah komitmen pasangan dan Allah jadi nggak main-main, dan dari menikah lah terdapat keberkahan di dalamnya (menikah = menggenapkan agama). Siapa yang nggak mau?
Setelah menikah bukan hanya status dan romantis-romantisan halal dengan pasangan, kehidupan setelah menikah adalah nyata. Pernikahan yang dijalani tak selalu indah pasti ada masalah. Justru setelah menikah kehidupan nyata dimulai, saatnya mempraktekkan dengan ilmu yang ada. Saling memahami dan mengerti, pengaturan keuangan (yang dimana seorang istri sebagai Menteri Keuangan rumah tangga), manajemen waktu, dan masih banyak lagi sebenarnya dari hal kecil sampai hal serius, jangan disepelekan pastinya. Rumah tangga dijalani oleh suami dan istri yang keduanya memiliki pemikiran dan karakter yang berbeda nah ini yang bisa menjadi perdebatan. Bukan hanya saat menjalaninya di tahun pertama, di usia pernikahan puluhan tahun juga sering terjadi.
Nah, buku ini membuka pengetahuan yang luas tentang pernikahan bagi saya. Saya menjadi banyak tau hal kecil yang suka saya anggap remeh yang sebenarnya harus disiapkan sejak sekarang sebelum menikah. Resepsi menikah juga dibahas, meski hal lumrah tapi ribet juga. Menariknya buku ini menampilkan cerita dari perempuan-perempuan lain sebagai intermezo bagi pembaca, oh ternyata ada kisah nyatanya gitu. Buku ini juga membahas sekilas tentang parenting saat memiliki bayi. Kerennya dari buku ini, mempersiapkan pasangan muda siap berumah tangga dan menjadi orang tua muda. Meski ditulis dari pengalaman kedua penulis, buku ini sama sekali tidak menggurui atau mengajari tapi menuntun dan mendukung :)
Comments
Post a Comment