Janur kuning yang sering disinggung zaman sekarang sama anak-anak muda sepertiku, alias pesta pernikahan. Seakan pembahasan ini tak pernah bosan dan selesai untuk diobrolin. Ngobrol sama siapapun, dimanapun, dan lewat apapun nggak berhenti seakan tidak ada jeda. Nikah atau kawin bagi kami anak muda, bahan perbincangan yang nggak ada matinya. Memang kami perindu nikah.
Tapi seakan impian janur kuning itu melupakan bendera kuning. Bendera kuning di Indonesia melambangkan ada jiwa yang meninggal. Bendera kuning ibarat kabar duka. Biasanya bendera kuning dipasang di depan gang atau depan rumah yang berduka. Sama juga sih kayak janur kuning tapi beda objek yang dipasang aja. Nah apa yang dipasang lebih dulu atas nama kita para manusia, janur kuning atau bendera kuning?
Jodoh, rejeki, dan maut sudah ditakdirkan Allah. Semua itu misteri bagi manusia. Nggak tau berjodoh dengan siapa, jumlah rejekinya berapa, dan nggak tau meninggalnya kapan. Jalani saja dengan sabar dan syukur, Allah telah menetapkan yang terbaik kok. Maka jadilah yang terbaik, pribadi yang lebih baik sebelum dijemput jodoh atau ajal. Sama bukan?
Aku setuju menjemput jodoh dengan menjemput ajal itu harus happy ending. Menjemput jodoh jelas happy ending dari masa pencarian setelah menjomblo, sedangkan ajal kita sebagai muslim dan muslimah harus happy ending dalam arti khusnul khatimah (meninggal dalam keadaan baik). Amal baik lah sebaik-baiknya amal sebagai teman di alam kubur. Begitu juga dalam mengarungi bahtera rumah tangga, kita yang menjalani harus siap lahir batin dengan kesiapan bekal ilmu agama. Bila tidak menyiapkannya sebagai bekal, malah jadi tidak terarah.
Memang selama ini yang ditunggu manusia adalah jodoh, padahal yang dekat adalah ajal. Bisa saja yang lebih dulu ajal, who's know? Mungkin itu yang terbaik, ajal lebih dulu daripada jodoh. Padahal selama ini memimpikan jodoh dan lupa memikirkan ajal. Ajal yang kita tidak tahu kapan datang dan tidak bisa diundur. Maka dalam mempersiapkan bekal kedua harus lah beriringan, memperbaiki diri menjadi lebih baik menjadi jodoh terbaik tak lupa untuk mempersiapkan diri menghadap Sang Pemilik Jiwa Allah SWT.
Persamaan persiapan jodoh dan ajal tak jauh beda ya, dalam bayanganku menikah dan meninggal pakai surat keterangan. Belum lagi persiapan materi, seperti gaun pengantin dan kain kafan. Pengajian yang selama ini menjadi tradisi masyarakat muslim di Indonesia. Hanya saja yang membedakan perasaan saja, antara melepaskan dengan ikhlas di pintu gerbang baru. Kehidupan rumah tangga dan kehidupan alam kubur. Perbedaan dari keduanya adalah jodoh pasti datang tepat waktu saat diri, hati, mental, dan fisik kita sudah siap. Sedangkan ajal datang saat siap atau tidak siap, sakit atau tidak sakit, muda atau tua, dalam keadaan suci atau bermaksiat.
Entah yang mana datang lebih dulu, yang jelas kain kafan sedang ditenun untuk dipersiapakan membungkus tubuh kita kembali kepadaNya. Semoga kita para menanti halal dan calon mayat selalu memperbaiki diri menjadi lebih baik sebelum janur kuning dan bendera kuning. Keep istiqomah :)
Comments
Post a Comment