Berulang kali membaca dan menceritakan cerita yang itu-itu aja, cerita yang sama, cerita yang membosankan. Seperti enggan beranjak pindah ke halaman cerita selanjutnya. Hanya dan selalu membaca cerita itu melulu, bosan dan capek bukan? Siapa juga yang mau mendengarkan apalagi membaca cerita yang diulang berkali-kali? Capek kan? Malah kedengarannya menyedihkan.
Adalah seseorang yang tersiksa dengan cerita yang diulang. Ia selalu membaca dan menceritakan cerita tersebut kepada kawannya. Setiap yang ia ceritakan pasti cerita itu dan cerita itu lagi. Sudah berulang-ulang kali. Sehingga kawannya itu bosan, monoton, dan capek mendengarkannya. Ia paham betul dan sadar diri atas ceritanya tersebut, hanya mengundang reaksi yang tak berarti. Tak membuatnya lega atau pun tenang, tapi membuatnya cukup tau siapa kawannya. Bukan pendengar yang baik.
Memang dirinya bukanlah tokoh cerita baru. Ia tak punya cerita baru. Ia hanyalah tokoh cerita lama atas cerita masa lalu yang sampai saat ini masih membelenggu pikirannya. Bukannya ia tak ingin mempunyai atau menciptakan cerita baru, bukan. Ia menginginkan sekali cerita baru, cerita masa depan yang membahagiakan bukan cerita masa lalu yang menyedihkan dan berulang. Akan tetapi ia masih terjebak pada situasi ini, masa lalu yang membelenggu dirinya, pikirannya, dan hatinya.
Begitu menyiksa dirinya, seakan ia tak bebas merasakan melangkah ke halaman cerita yang baru. Ia iri pada orang-orang, begitu mudah menjadi tokoh cerita masa depan yang membahagiakan. Sedangkan ia masih aja dengan cerita lama, cerita yang diulang, cerita yang membosankan, cerita yang telah lalu, cerita yang menyedihkan, cerita kadaluarsa, cerita yang itu-itu aja, dan cerita yang tak bermakna apa-apa pada bagi kawannya tapi cerita bermakna baginya. Namun tak ada yang mau mendengarkannya, apalagi membaca cerita yang diulang. Kecuali ia, begitu setia dengan situasi ini.
Entah sampai kapan cerita yang diulang ini usai, ia tetap yakin ceritanya akan berubah di masa depan nanti. Ia pasti akan mempunyai cerita baru yang lebih membahagiakan dari cerita orang-orang, pasti. Biarlah waktu yang menjawab. Pasrah. Ia juga pantas punya cerita baru. Kelak ia akan ceritakan kepada anak cucunya, cerita yang akan ia tulis di masa depan, dan mungkin cerita yang akan ada di toko-toko buku.
Ia sadar semestinya ia tak menceritakan kepada kawannya jika bukan kawan yang baik, ia harus menceritakannya kepada Sang Maha Mendengar. Meski tak direspon secara langsung namun membuatnya tenang dan tenteram dalam hati. Tuhan tak pernah bosan mendengarkan ceritanya, meski ceritanya itu lagi itu lagi. Ia sabar dan yakin Sang Maha Penulis cerita tak pernah salah menulis cerita untuknya :)
Adalah seseorang yang tersiksa dengan cerita yang diulang. Ia selalu membaca dan menceritakan cerita tersebut kepada kawannya. Setiap yang ia ceritakan pasti cerita itu dan cerita itu lagi. Sudah berulang-ulang kali. Sehingga kawannya itu bosan, monoton, dan capek mendengarkannya. Ia paham betul dan sadar diri atas ceritanya tersebut, hanya mengundang reaksi yang tak berarti. Tak membuatnya lega atau pun tenang, tapi membuatnya cukup tau siapa kawannya. Bukan pendengar yang baik.
Memang dirinya bukanlah tokoh cerita baru. Ia tak punya cerita baru. Ia hanyalah tokoh cerita lama atas cerita masa lalu yang sampai saat ini masih membelenggu pikirannya. Bukannya ia tak ingin mempunyai atau menciptakan cerita baru, bukan. Ia menginginkan sekali cerita baru, cerita masa depan yang membahagiakan bukan cerita masa lalu yang menyedihkan dan berulang. Akan tetapi ia masih terjebak pada situasi ini, masa lalu yang membelenggu dirinya, pikirannya, dan hatinya.
Begitu menyiksa dirinya, seakan ia tak bebas merasakan melangkah ke halaman cerita yang baru. Ia iri pada orang-orang, begitu mudah menjadi tokoh cerita masa depan yang membahagiakan. Sedangkan ia masih aja dengan cerita lama, cerita yang diulang, cerita yang membosankan, cerita yang telah lalu, cerita yang menyedihkan, cerita kadaluarsa, cerita yang itu-itu aja, dan cerita yang tak bermakna apa-apa pada bagi kawannya tapi cerita bermakna baginya. Namun tak ada yang mau mendengarkannya, apalagi membaca cerita yang diulang. Kecuali ia, begitu setia dengan situasi ini.
Entah sampai kapan cerita yang diulang ini usai, ia tetap yakin ceritanya akan berubah di masa depan nanti. Ia pasti akan mempunyai cerita baru yang lebih membahagiakan dari cerita orang-orang, pasti. Biarlah waktu yang menjawab. Pasrah. Ia juga pantas punya cerita baru. Kelak ia akan ceritakan kepada anak cucunya, cerita yang akan ia tulis di masa depan, dan mungkin cerita yang akan ada di toko-toko buku.
Ia sadar semestinya ia tak menceritakan kepada kawannya jika bukan kawan yang baik, ia harus menceritakannya kepada Sang Maha Mendengar. Meski tak direspon secara langsung namun membuatnya tenang dan tenteram dalam hati. Tuhan tak pernah bosan mendengarkan ceritanya, meski ceritanya itu lagi itu lagi. Ia sabar dan yakin Sang Maha Penulis cerita tak pernah salah menulis cerita untuknya :)
Comments
Post a Comment