Ketika dirinya tak di samping, jiwa ini terasa sepi. Batin ini tersiksa, menanti waktu untuk bertemu. Rinduku ini tak bisa dicegah, karena hati sibuk merindu. Sudah tak bisa dengan kata-kata. Rindu memang merajarela di setiap detiknya. Membuat hati, jiwa dan raga aktif memikirkannya. Seakan-akan rindu itu penyakit, jika yang satu menjerit yang lainnya juga menjerit.
Tak bisa dideskripsikan rindu itu apa. Rindu itu seperti sebuah bom yang mematikan, ketika waktunya tidak tahan dan habis nanti akan meledak. Sama seperti rindu yang dirasakan orang banyak, mereka mengobatinya dengan bertemu. Itu obat yang paling mujarab, pertemuan akan membuat sembuh. Hati akan menjadi tenang plong. Tidak menyesakan dada lagi ketika rindu menyergap sebelumnya.
Rasanya bahagia bila sudah bertemu dengan orang yang dirindukan, beban dalam dada yang menyesakan itu seakan sirna dengan pertemuan. Senyum terpancar dari wajahnya, bahasa tubuh berbicara tentang kebahagiaan yang dirasakannya. Dunia seolah-olah ikut bahagia apa yang dirasakannya, jadi tak usah munafik bila hati tengah bahagia karena mendapatkan obat rindu.
Merindu dengan orang yang dicintai. Selalu membuncah dalam dada di setiap detiknya. Otak selalu memikirkannya, hati selalu berbisik memanggil namanya, dan raga menanti hadirnya. Menunggu waktu mempertemukan dengannya. Berharap bisa terus bersama tanpa ada penghalang waktu dan doa-doa untuknya itu sebagai perantara bahwa diri ini sedang merindu.
Comments
Post a Comment